Langsung ke konten utama

Mendobrak Ruang Rahasia Kepenulisan Raditya Dika

Mendobrak Ruang Rahasia Kepenulisan Raditya Dika
Oleh: Yosi Sulastri

Judul buku : Rahasia Menulis Kreatif
Penulis            : Raditya Dika
Jumlah halaman : 171 halaman
Jenis buku     : buku elektronik (e-book)

Buku elektronik dengan gambar sampul berupa sebuah kunci yang berujung pensil dengan judul Rahasia Menulis Kreatif saya dapatkan dari dosen Sastra Indonesia yang mengajar Mata Kuliah Menulis Kreatif. Ketika saya buka buku tersebut, saya membaca nama Raditya Dika pada bagian bawah dari sampul depan. Iya, buku ini ditulis oleh Raditya Dika yang sudah mencatatkan namanya melalui novel-novel bahkan film-film karyanya. Dika tidak memiliki latar belakang pendidikan mengenai kesusasteraan. Alasan terbesar dari terciptanya buku ini adalah pengalaman yang mendidiknya mampu menuliskan rahasia-rahasia kepenulisannya. Di dalam buku berjudul rahasia menulis kreatif ini, Dika menjlentrehkan misteri di balik buku-buku dan film-film yang berhasil ia garap dengan apik. Teori berdasarkan pengalaman menjadikan penjelasan yang terurai di dalam buku dengan jumlah 171 halaman ini begitu aplikatif. Membaca setiap bagiannya menjadi menyenangkan. Apalagi terselip pula gaya kepenulisan dari Raditya Dika yang humoris. Kesan kaku ketika membaca kiat menulis langsung terkesampingkan.
Berisi 3 bagian utama, buku ini menjadi panduan yang pas bagi para calon penulis fiksi pemula. Langkah-langkah yang diuraikan dari ketiga babnya dideskripsikan secara sederhana. Bagian pertama berisi mengenai tahapan awal yang harus dilakukan oleh penulis yaitu berupa persiapan. Seperti yang tertulis di dalam buku elektronik anggitan Dika ini, sebuah persiapan yang baik mampu mengantarkan calon penulis kepada tulisan yang baik. Tahap persiapan memerlukan pemikiran yang matang dan dikerjakan secara detail dengan memperhatikan segala aspek yang nantinya akan dituangkan ke dalam tulisan yang dibuat.
Pada tahap persiapan, seperti apa yang sudah ada di-postingan sebelumnya, hal yang harus dilakukan oleh seorang penulis adalah membuat premis. Pembahasan mengenai premis bisa dilihat kembali di link berikut
Setelah lulus dari tahap persiapan, Dika mengajak calon penulis untuk menyelami dasar-dasar dari menulis kreatif. Setelah di bab sebelumnya Dika memberberkan mengenai ide, karakter, dan struktur cerits, pada bab kedua Dika mulai membangun penulis menuju penulisan ide itu sendiri. Dika memberikan gambaran mengenai bagaimana seorang penulis harus membawakan ide ceritanya kepada para pembaca. Cara-cara yang tidak biasa itulah yang mampu membangun sebuah cerita menjadi nikmat untuk dibaca hingga habis. Dika menjelaskannya disertai pula dengan contoh pada tiap bagiannya.
Setelah melewati tahap alot nun meyulitkan, sebuah naskah akhirnya mampu hadir menjadi karya sastra yang utuh. Tahap perjuangan seorang penulis tidak hanya berhenti di situ saja. selesainya naskah yang ia buat berarti penulis itu telah siap keluar dari gerbang rumahnya kemudian berkelana mencari tujuan yang mampu menjadi tempat tinggal baru dari naskah yang telah selesai digarap. Mencari penerbit yang baik seperti mencari pacar yang baik.” Seperti itulah apa yang disampaikan Dika di dalam bukunya pada halaman 150. Dalam proses pencarian penerbit, hilir mudik ke sana ke mari menjadi hal yang tidak bisa diurungkan oleh mereka penulis pemula. Potensi ditolak sepertinya lebih besar dari potensi diterimanya sebuah naskah dari penulis baru. Sungguhpun mengalami banyak penolakan, Dika berpesan kepada para penulis pemula untuk menjadikan hal tersebut sebagai tantangan bukan sebagai halangan. Tentu saja tidak mudah menerima kenyataan bahwa sebenarnya naskah yang dibuat belum layak untuk diterbitkan. Namun, dengan menyadari bahwa naskah tersebut belum sempurna, kita bisa menyempurnakannya sehingga bisa mencapai tahap kesempurnaan yang menjadi tujuan utama kita.
Layaknya memberi kesimpulan,berdasarkan objektivitas saya, buku ini mampu memantik para penulis baru untuk memulai karya agungnya. Panduan yang disajikan begitu memungkinkan untuk langsung diimplementasikan dalam praktik menulis. Keberhasilan dari buku kiat menulis yang satu ini adalah mampu menggugah hasrat kepenulisan saya. Begitu pula dengan calon pembaca lainnya.
Seperti yang disampaikan sebelumnya, kesederhanaan dari pembahasan di dalam buku ini secara tidak langsung juga merupakan kelemahan dari penyajiannya. Bagi pembaca yang ingin meningkatkan kemampuan menulisnya secara mendalam, tentu tidak akan cukup hanya dengan selesai membaca buku ini. Pembaca harus mencari rujukan dari buku lain yang membahas secara rinci satu per satu bagian. Mulai dari persiapan, penulisan, hingga pada proses penerbitan karya. 
Terlepas dari kekurangannya, target pembaca yang disasar dari buku ini adalah bagi mereka para calon penulis, baik itu yang belum pernah menulis atau sudah pernah menulis tetapi belum mengetahui teknik-teknik dasar kepenulisan yang baik. Sebagai penutup, saya ingin berpesan kepada diri saya sendiri dan juga bagi pembaca setia blog saya. Sebanyak apa pun kita membaca buku-buku kiat menulis, mempelajari teorinya, mengikuti lokakarya kepenulisan, bahkan sampai hafal setiap langkah-langkah menulis yang baik, hal itu tidak akan memberikan kemanfaatan jika kita tidak memulai untuk menuliskan apa yang ingin kita tulis. Jadi, menuliskan, dan biarkan tulisanmu menjadi pesan tersirat bagi seseorang yang ingin engkau tuju melalui tulisan itu.
SALAM BAHASA!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KE(M)BALI: Telah tiba pada yang kelima #2

  Desa Adat Seminyak Waktu terbit matahari di Bali lebih siang daripada di Jawa. Sekitar pukul setengah enam saya keluar kamar dan terkaget karena masih gelap. Ketika mengintip dari areal kolam belakang resepsionis, ternyata langit memang masih mendung dan belum ada cahaya benderang. Saya duduk sejenak di kursi depan kolam sebelum akhirnya saya putuskan untuk berjalan keluar menuju pantai pertama yang saya datangi.   Pantai Seminyak Saya memang sengaja memilih hostel yang dekat dengan pantai dan bisa diakses dengan berjalan kaki. Pantai Seminyak adalah pantai terdekat dari hostel dan menjadi tujuan pertama di hari kedua di Bali. Saya sengaja berjalan kaki dari hostel menuju pantai. Ada banyak hal menarik yang saya lewati di sepanjang perjalanan. Yang baru saya sadari adalah ternyata saya menginap di wilayah yang masih satu areal dengan Desa Adat Seminyak. Saya pun melewati pura desa adat yang tampak megah dan gagah. Karena masih pagi, jalanan pun masih sepi dan hanya...

Mengulik Kisah di Balik Saidjah dan Adinda dalam Max Havelaar Karya Multatuli

  Nanti bangkehku di liat bidari, Pada sudarah menunjuk jari. Liat di lupa saorang mati, Mulutnya kaku cium bunga melati, "Mari kit 'angkat ia di sorga,   Kutipan itu adalah penggalan puisi “Lihatlah Bajing” yang ada di lampiran buku Max Havelaar . Melalui puisi itu saya akan menceritakan novel yang konon menjadi pembuka kran atas penderitaan pribumi Hindia awal abad ke-19 kepada dunia. Puisi itu muncul ketika Multatuli melalui komposisi Stern sedang menceritakan kisah akhir perjalanan Saidjah pada bab 17 (2022: 389). Saidjah menjadi tokoh yang sengaja dibangun Multatuli untuk memperlihatkan kondisi rakyat pribumi Hindia. Dikisahkan bahwa Saidjah merupakan seorang anak laki-laki yang pergi dari desanya di Parang Kujang karena bapaknya telah meninggal. Ia memutuskan untuk bekerja di Batavia dengan mimpi akan bisa membeli kerbau seperti yang pernah ia punya sebelumnya. Ketika memutuskan untuk merantau, ia telah terlebih dahulu berjanji pada Adinda (seorang perempua...

KE(M)BALI: Telah tiba pada yang kelima

 Perkebunan Kopi dan Sensasi Mencecap Lima Cangkir di Bali Pulina Tempat ini saya datangi karena tertarik dengan konsep “kopi” yang ditawarkan. Rekomendasi tempat yang berlokasi di Gianyar ini saya dapat dari sebuah iklan di Instagram. Tempat ngopi yang sekaligus perkebunan kopi ini sungguh syahdu—saya langsung teringin untuk mengajak seorang kawan yang pasti cocok dengan tempat ngopi seperti ini. Lokasinya berada di alam terbuka. Ketika memasuki gerbang masuk, suasana natural langsung menyambut. Di tempat saya duduk terdengar suara-suara alam yang sungguh menenangkan. Kicau burung, suara tenggoret, desir daun, suara melodi musik tradisional, dan terdengar pula gemericik air dari aliran sungai di hadapan saya. Saya duduk di areal yang menghadap lurus ke tulisan “Bali Pulina” berwarna merah hati. Sejak baru tiba, saya langsung membaca buku yang saya bawa. Setelah pesanan datang, barulah saya mencicipinya. Ada dua menu yang saya pesan. Pertama, satu paket kopi dengan lima varian di d...