Ini Aku, Mengenai Pandanganku
Tuhan menganugerahkan mata kepada manusia agar dengan itu mereka dapat menangkap keajaiban yang telah Tuhan ciptakan.
Aku ingin bercerita tentang seseorang yang telah banyak
memberiku pemahaman.
Ini bukan mengenai sebuah teori-teori pelajaran, tetapi
pemahaman akan hakikat sebuah keadaan.
Dulu, aku selalu ingin mengabadikan setiap momen penting,
unik, luar biasa, atau berkesan dengan sebuah foto.
Gambaran mengenai keadaan
yang sedang terjadi dalam perjalanan hidupku.
Berasa kurang rasanya jika setiap
momen itu tidak ditangkap oleh kamera.
Merasa tidak ikhlas jika terlewat begitu
saja.
Bahkan tak jarang merasa sedih, marah, dan kesal jika tanpa sengaja tak
tertangkap kamera.
Ini tentang dia yang hingga kini mampu menjadikanku manusia
yang tidak menuhankan “foto”.
Sekadar sebuah gambaran yang menjadi deskripsi
keadaan.
Aku masih bisa mengingat mengenai apa yang kubicarakan
dengannya hingga pada akhirnya menjadi sebuah renungan untukku.
Kala itu aku
ingin rasanya berfoto dengan dirinya.
Ia mau, satu dua kali.
Ketika pada
akhirnya tiba di satu momen aku harus berpisah dengannya, aku menginginkan
untuk mengabadikan momen tersebut.
Kubilang begini, “buat kenang-kenangan.”
Itulah jawaban yang
menjadi alasanku kala itu.
Bukan menolak atau meng-iya-kan, dia justru membalas
ajakanku seperti ini, “kenangan itu ada di dalam hati. Jika engkau meletakkan
momen itu di dalam hatimu, engkau pasti akan bisa mengingatnya sebagai sebuah
hal yang indah dan tak terlupakan.”
Begitulah sekiranya balasan yang ia kirim
untukku.
Speecless, sungguh,
waktu dulu aku baca itu.
Butuh waktu lama untuk membalasnya.
Sudah tahu kalau apa
yang dikatakannya adalah kebenaran, aku masih ragu dengan hati yang belum bisa
mengikhlaskan keadaan.
Setelah lama kupikir lebih dalam dan hingga pada titik
pemahaman, ternyata apa yang ia katakan adalah sebuah pilihan yang hingga saat
ini adalah yang terbijak.
Sebuah momen yang berkesan dalam perjalanan hidup kita
jangan hanya diabadikan dengan sebuah gambar melalui foto saja.
Tidak akan
menjadi kenangan indah jika momen berkesan tersebut kita sibuk mencari angle, tata letak, atau pencahayaan yang
bagus tetapi kita tidak menikmati dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang
sebenarnya sedang terjadi.
Kini aku lebih memilih untuk menikmatinya melalui mata yang
telah Tuhan berikan, menangkapnya ke dalam pikiran, renungkan, lalu simpan
selamanya di dalam hati.
Aku percaya, itu lebih ampuh untuk menciptakan sebuah
kenangan indah dalam hidup tanpa harus menyia-nyiakan waktu untuk mengabadikan
melalui sebuah foto.
Akan tetapi, hal itu tidak menjadikanku antipati terhadap
kamera.
Sesekali aku melakukannya.
Tetapi bukan menjadi kameranisme yang tiap kali ada hal yang berkesan HARUS diambil
gambarnya.
Jujur aku benci yang demikian.
Benci mengenai orang-orang yang
terlalu sibuk mengabadikan foto tetapi lupa untuk menghargai momen sakral yang
sedang terjadi dalam hidup mereka.
Ini pandangan hidupku karena dirinya. Terima kasih. Khadavi.
Komentar
Posting Komentar