Langsung ke konten utama

Postingan

Refleksi Sastra dan Budaya: Bentuk, Nilai, dan Fungsi Kepungan Tumpeng Tawon dalam Masyarakat Desa Mangunweni

  Metu , manten , mati . Tiga hal itu menjadi trilogi dalam fase kehidupan yang dipercaya oleh masyarakat budaya Jawa. Pada masing-masing fase itu, ada beragam kebudayaan yang muncul. Nilai kemanusiaan dan ajining diri atau harga diri muncul dalam acara jagong bayen (syukuran kelahiran), jagong manten (resepsi pernikahan), dan layat (mengunjungi orang yang sedang mengalami musibah berupa kematian anggota keluarganya). Kehadiran seseorang di dalam tiga acara tersebut dianggap sebagai bentuk pengejawantahan konsep penjagaan martabat seseorang. Apabila tidak menghadirinya, orang tersebut akan dianggap tidak memiliki nilai kemanusiaan dan dianggap sebagai orang yang tidak memiliki harga diri lagi. Konon masyarakat Jawa percaya bahwa puncak kesempurnaan hidup dan mengisi pengalaman hidup dengan penuh makna adalah dengan cara menikah. Postulat itu yang kemudian melahirkan tindakan-tindakan dari simbol-simbol dalam budaya pernikahan yang sarat akan cerminan pandangan hidup dan nilai-ni...
Postingan terbaru

Ekokritik George Orwell pada 1930-an

  Ekokritik George Orwell pada 1930-an Coming Up for Air   George Bowling memilih kabur dan menghindar dari pekerjaannya; membohongi Hilda istrinya; menipu kedua anaknya dengan hadiah yang tidak pernah ada; mendatangi masa lalu yang sudah lenyap dibabat waktu. Novel Coming Up for Air mengisahkan Bowling malang dalam pelariannya di Lower Bienfield—kampung masa kecilnya. Bowling hidup dalam ketidakberterimaan atas kehidupan yang terjadi. Ia terjebak dalam masa lalu yang tak bermakna untuk nasibnya yang kini sudah 45 tahun. “Bisakah kita kembali ke kehidupan lama kita, ataukan semua itu tinggal kenangan?” (Orwell, 2021: 302) Pertanyaan tersebut yang mencoba dijawab oleh Bowling melalui kegiatan impulsifnya dari penatnya hidup ketika ramalan perang 1941 datang. Tokoh di dalam novel yang pertama terbit pada 1939 di New York itu melakukan “perjalanan” ke masa lalu melalui ingatan-ingatan yang masih hidup dalam kepalanya—perjalanan nostalgia. Bowling mengulang masa kecil...

Mengulik Konsep Homo Sacer pada Perang Spanyol

  Homage to Catalonia— George Orwell Kisah yang diceritakan dalam XII bab dalam novel Homage to Catalonia lebih mengarah pada proses pengamatan kondisi politik yang terjadi selama Perang Spanyol pada 1936–1939. Novel yang konon berangkat dari pengalaman Orwell ketika berangkat ke Spanyol untuk bertempur di pihak Republikan ini terasa amat berbeda dan “berat” untuk dibaca. Hampir keseluruhan isi novel bisa dicap sebagai hasil analisis Orwel mengenai konflik politik yang terjadi di Spanyol. Keunikan yang dimunculkan dalam novel yang Eric Arthur Blair ini adalah penulis sama sekali tidak menyebutkan siapa “aku” sepanjang cerita. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam bentuk manusia seakan hanya pemain sampingan yang tidak membangun jalannya cerita tetapi mendukung tokoh utama untuk berlangsungnya cerita. Ketika selesai membaca hingga Lampiran 2, tokoh yang diangkat dalam novel barulah terlihat.   Munculnya Biopolitik dalam Perang Spanyol Konflik yang dikembangkan dalam novel ...

Wacana Ekosofi, Air, dan Iklim dalam Novel Yang Telah Lama Pergi

 Wacana Ekosofi, Air, dan Iklim dalam Novel Yang Telah Lama Pergi Kearifan penggunaan teknologi pengantar pesan dengan kecerdasan sistem navigasi burung, pengetahuan tentang desalinasi air laut menjadi air tawar, dan krisis kemanusiaan (paceklik) yang disebabkan konsesi hutan menjadi lahan industri perkebunan; ketiga topik itu benar-benar nyata dalam realitas novel. Karya sastra yang saya maksud adalah sebuah novel terbaru karya Tere Liye, Yang Telah Lama Pergi. Wacana itu tak serta-merta menjadi tema yang membangun cerita. Sebuah diskusi yang diselenggarakan oleh Center for Transdisciplinary and Sustainable Scienses yang saya ikuti pada awal Desember menginisiasi saya untuk melihat karya sastra melalui tiga sudut pandang, yaitu wacana ekosofi, air, dan iklim. Demi bisa mencapai pada tiga topik itu, pendekatan strukturalisme dengan melihat karya sastra melalui unsur-unsur internal pembangun karya sastra dapat menjadi jalan yang dipakai. Unsur-unsur tersebut biasa disebut dengan uns...

Tujuh Sila Hewanisme Versi Babi-Babi dalam Novel Animal Farm Karya George Orwell

  Apa yang akan diperingati pada 12 Oktober setiap tahunnya? Jika Snowball dan/atau Napoleon melalui keturunan babi-babi yang diciptakan oleh Orwell pada 1944 itu masih ada, pada hari tersebut pasti mereka akan meneriakkan dirgahayu Republik Binatang. Peristiwa yang terjadi pada hari tersebut menjadi titik balik "kebebasan berpikir" para binatang yang hidup di Pertanian Manor. Cerita yang saya maksud di sini adalah sebuah pemberontakan para binatang yang ditulis oleh Eric Arthur Blair, yaitu Animal Farm (Republik Hewan). Novel alegori politik yang konon sengaja dianggit oleh Orwell sebagai karya "anti Stalin"-nya ini mengambil latar tempat di sebuah pertanian yang dipunyai oleh Mr. Jones. Para binatang yang hidup di Pertanian Manor telah sampai pada kesadaran untuk menentukan nasibnya sendiri. Para babi, anjing, sapi, ayam, bebek, biri-biri, burung, keledai, kucing, hingga tikus-tikus; mereka saling bertekad untuk bisa mengusir manusia. Keadaan mendesak karena k...

KE(M)BALI: Telah tiba pada yang kelima

 Perjalanan Ke(m)Bali yang Sungguh Teberkahi Titiang lungsur mapamit dumun! Novel Buku Besar Peminum Kopi yang saya bawa ke Bali sudah selesai dibaca pada beberapa menit sebelum pesawat akan membawa saya ke Jogja kembali. Perjalanan saya ditemani oleh Nong. Kami sama-sama bertarung. Bedanya dia bertarung di atas papan catur dengan lawan-lawannya, sedangkan saya bertarung dengan perasaan takut yang beberapa kali menguasai kepala. Nong telah menang, pun saya. Saya telah memenangi keragu-raguan dari diri sendiri yang menyangsikan, "Apakah saya bisa?"   Ada begitu banyak pertanyaan sepanjang perjalanan ke(m)Bali yang diajukan oleh orang-orang yang saya temui sepanjang perjalanan. Kok, kamu boleh pergi seorang diri?  Kok, orang tuamu membolehkan? Saya belum pernah bertanya secara langsung ke Mama Bapa dengan pertanyaan itu. Sepanjang yang saya ingat, Mama Bapa memang selalu mendukung dan memperbolehkan hal-hal yang saya inginkan. Kebiasaan yang selalu saya lakukan ketika akan ...

KE(M)BALI: Telah tiba pada yang kelima

 Perkebunan Kopi dan Sensasi Mencecap Lima Cangkir di Bali Pulina Tempat ini saya datangi karena tertarik dengan konsep “kopi” yang ditawarkan. Rekomendasi tempat yang berlokasi di Gianyar ini saya dapat dari sebuah iklan di Instagram. Tempat ngopi yang sekaligus perkebunan kopi ini sungguh syahdu—saya langsung teringin untuk mengajak seorang kawan yang pasti cocok dengan tempat ngopi seperti ini. Lokasinya berada di alam terbuka. Ketika memasuki gerbang masuk, suasana natural langsung menyambut. Di tempat saya duduk terdengar suara-suara alam yang sungguh menenangkan. Kicau burung, suara tenggoret, desir daun, suara melodi musik tradisional, dan terdengar pula gemericik air dari aliran sungai di hadapan saya. Saya duduk di areal yang menghadap lurus ke tulisan “Bali Pulina” berwarna merah hati. Sejak baru tiba, saya langsung membaca buku yang saya bawa. Setelah pesanan datang, barulah saya mencicipinya. Ada dua menu yang saya pesan. Pertama, satu paket kopi dengan lima varian di d...