Langsung ke konten utama

Wisata Masa Depan di Masa Lalu, 1984

 Wisata Masa Depan di Masa Lalu, 1984



Judul: 1984

Penulis: George Orwell

Penerjemah: Lulu Wijaya

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Kota terbit: Jakarta

Tahun terbit: 2022

ISBN: 978-602-06-6198-8


Novel 1984 adalah novel yang membicarakan masa depan di masa lampau. Saya sebut demikian karena Eric Arthur Blair (George Orwell) menciptakan latar waktu pada tahun 1984 padahal novel ini diterbitkan pada 1949. 

Ini adalah perkenalan kedua saya dengan George Orwell melalui karyanya. Di dalam novel yang bisa digolongkan novel sosial-politik ini, ada kegelapan yang kentara jelas sekali. Kegelapan itu menubuh di dalam seorang tokoh bernama Winston dan kekasihnya. Ialah Winston Smith si tokoh utama yang menjadi gambaran kegelapan yang saya maksud. Sepanjang cerita, harapan yang dimunculkan oleh George Orwell pada Winston tampak tipis sekali. Orwell seakan tidak ingin memberikan utopia pada pembaca dengan menampilkan hal-hal baik di dalam novel ini, yang terbit pertama kali setahun sebelum ia wafat ini. 

Sepanjang cerita, saya selalu terbayang dengan sebuah teori yang saya baca di bukunya Niccolo Machiavelli bahwa sebagai seorang pangeran, menjadi ditakuti terkadang lebih baik daripada dicintai. Sosok Big Brother (pemimpin Partai) adalah contoh "sang pangeran" dengan tipe tersebut. Ketakutan demi ketakutan yang diciptakan Big Brother terbaca sungguh mengerikan. Bagaimana mungkin partai politik menguasai seluruh hal yang dilakukan rakyatnya? Bagaimana bisa semua tindak tanduk setiap orang selalu di bawah pengawasannya?

Bisa. Itu semua memang bisa dilakukan oleh Big Brother melalui _telescreen_. Alat itu digambarkan sebagai alat yang menjadi cctv berjalan. Di mana pun! Kapan pun! Hampir tidak ada waktu dan tempat di tahun 1984 yang terbebas dari pengawasan telescreen. Di ruang-ruang keluarga, di kafe-kafe, di jalanan, di pasar, dan yang pasti di setiap sudut ruangan tempat Winston bekerja. Bahkan untuk berpacaran dengan kekasihnya, Winston memilih mengikuti arahan Julia kekasihnya untuk pergi ke sebuah desa terpencil di tengah hutan. Ya, meskipun di sepanjang jalan di desa itu tetap ada kemungkinan mikrofon-mikrofon pengenal suara atau patroli dari Partai Dalam, setidaknya Winston dan Julia punya tempat khusus bagi mereka berdua, yaitu area terbuka alami dengan bukit mungil berumput yang dikelilingi tunas-tunas pohon tinggi sehingga area itu tersembunyi sepenuhnya. 

Novel Visioner

Novel yang memasyhurkan nama George Orwell ini memiliki pikiran yang visioner. Mungkin jika Orwell masih hidup sampai tahun 2022 ini, ia akan mengira bahwa sekarang telescreen semakin masuk ke dalam ruang-ruang privat. Telescreen di abad 21 telah berubah wujud menjadi benda yang dalam genggaman. Ia dapat merekam pembicaraan, menangkap ekspresi wajah dan emosi, merekam penelusuran di mesin pencarian, dan bisa menjadi cctv 24/7 yang selalu mengawasi pemiliknya. Bayangan nyata dari wujud telescreen sudah ada di gawai yang pasti masing-masing dari kita punyai. 

Jika saat ini Big Brother masih ada, mereka lebih bisa mengakses beragam informasi privat dari setiap orang yang berada di area kekuasaannya. Jadi, masa kegelapan yang diciptakan Orwell di 1984 saat ini pun demikian. Orang-orang bisa dikontrol pemikirannya tentang suatu hal melalui preferensi yang ada di gawai. Remah-remah roti dari mesin pencarian menjadi jalan utama upaya pengendalian itu. Sadar tidak sadar, telescreen memang sudah ada dan benar-benar ada. 

Sejarah Benar-Benar Ditulis Ulang

Hal unik yang dimunculkan sejak awal adalah tentang _newspeak_ yang menjadi fokus bahasa yang dipakai orang-orang Partai Dalam. Pekerjaan Winston di Kementerian Kebenaran (Minitrue--Ministry of Truth) adalah menangani berita, hiburan, pendidikan, dan kesenian murni. Di kantornya itulah Winston menciptakan sejarah melalui setiap tulisannya. Tugas Winston tampak sederhana, ia hanya bertugas mengoreksi artikel-artikel berita atau buku atau novel untuk diterbitkan ulang. Melalui bahasa newspeak, Winston memperbarui sejarah dsri masa ke masa.

Jangan bayangkan Winston adalah editor pada umumnya. Tugasnya adalah benar-benar mengubah sejarah. Big Brother sungguh mampu menciptakan sejarah yang tiada cacatnya. Setiap hal selalu dikoreksi setiap hari. Pekerjaan Winston itu sungguh bertolak belakang dengan nama kementerian tempatnya bekerja. Kementerian Kebenaran di bawah kekuasaan Partai Dalam lebih tepat disebut dengan Kementerian Kepalsuan!

Jadi, siapa Big Brother sebenarnya? Sekuat apa pengaruhnya di politik London 1984? Lalu, akankan Winston dan Julia berakhir bahagia? 

Mari lanjutkan jawaban pertanyaan tersebut pada diskusi selanjutnya.

Sampai jumpa!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KE(M)BALI: Telah tiba pada yang kelima #2

  Desa Adat Seminyak Waktu terbit matahari di Bali lebih siang daripada di Jawa. Sekitar pukul setengah enam saya keluar kamar dan terkaget karena masih gelap. Ketika mengintip dari areal kolam belakang resepsionis, ternyata langit memang masih mendung dan belum ada cahaya benderang. Saya duduk sejenak di kursi depan kolam sebelum akhirnya saya putuskan untuk berjalan keluar menuju pantai pertama yang saya datangi.   Pantai Seminyak Saya memang sengaja memilih hostel yang dekat dengan pantai dan bisa diakses dengan berjalan kaki. Pantai Seminyak adalah pantai terdekat dari hostel dan menjadi tujuan pertama di hari kedua di Bali. Saya sengaja berjalan kaki dari hostel menuju pantai. Ada banyak hal menarik yang saya lewati di sepanjang perjalanan. Yang baru saya sadari adalah ternyata saya menginap di wilayah yang masih satu areal dengan Desa Adat Seminyak. Saya pun melewati pura desa adat yang tampak megah dan gagah. Karena masih pagi, jalanan pun masih sepi dan hanya...

Mengulik Kisah di Balik Saidjah dan Adinda dalam Max Havelaar Karya Multatuli

  Nanti bangkehku di liat bidari, Pada sudarah menunjuk jari. Liat di lupa saorang mati, Mulutnya kaku cium bunga melati, "Mari kit 'angkat ia di sorga,   Kutipan itu adalah penggalan puisi “Lihatlah Bajing” yang ada di lampiran buku Max Havelaar . Melalui puisi itu saya akan menceritakan novel yang konon menjadi pembuka kran atas penderitaan pribumi Hindia awal abad ke-19 kepada dunia. Puisi itu muncul ketika Multatuli melalui komposisi Stern sedang menceritakan kisah akhir perjalanan Saidjah pada bab 17 (2022: 389). Saidjah menjadi tokoh yang sengaja dibangun Multatuli untuk memperlihatkan kondisi rakyat pribumi Hindia. Dikisahkan bahwa Saidjah merupakan seorang anak laki-laki yang pergi dari desanya di Parang Kujang karena bapaknya telah meninggal. Ia memutuskan untuk bekerja di Batavia dengan mimpi akan bisa membeli kerbau seperti yang pernah ia punya sebelumnya. Ketika memutuskan untuk merantau, ia telah terlebih dahulu berjanji pada Adinda (seorang perempua...

KE(M)BALI: Telah tiba pada yang kelima

 Perkebunan Kopi dan Sensasi Mencecap Lima Cangkir di Bali Pulina Tempat ini saya datangi karena tertarik dengan konsep “kopi” yang ditawarkan. Rekomendasi tempat yang berlokasi di Gianyar ini saya dapat dari sebuah iklan di Instagram. Tempat ngopi yang sekaligus perkebunan kopi ini sungguh syahdu—saya langsung teringin untuk mengajak seorang kawan yang pasti cocok dengan tempat ngopi seperti ini. Lokasinya berada di alam terbuka. Ketika memasuki gerbang masuk, suasana natural langsung menyambut. Di tempat saya duduk terdengar suara-suara alam yang sungguh menenangkan. Kicau burung, suara tenggoret, desir daun, suara melodi musik tradisional, dan terdengar pula gemericik air dari aliran sungai di hadapan saya. Saya duduk di areal yang menghadap lurus ke tulisan “Bali Pulina” berwarna merah hati. Sejak baru tiba, saya langsung membaca buku yang saya bawa. Setelah pesanan datang, barulah saya mencicipinya. Ada dua menu yang saya pesan. Pertama, satu paket kopi dengan lima varian di d...