Langsung ke konten utama

Lihat!




Dengarkan sejenak lagu berjudul Just Look Up yang dinyanyikan oleh Ariana Grande dan Kid Cudi.

Jika didengarkan dengan saksama, saya bisa katakan bahwa lagu yang berdurasi 3 menit 22 detik itu adalah rangkuman pesan yang ingin disiarkan kepada seluruh penduduk bumi di dalam film Don't Look Up. Lirik-liriknya mengajak kita, dalam konteks manusia, untuk sadar bahwa bumi sedang tidak baik-baik saja. tentunya hal itu terlepas dari ada tidaknya meteor yang akan bertabrakan dengan bumi dalam kurun waktu 6 bulan 14 hari dengan diameter sekitar 5-10 km. Tanpa kabar bahwa bumi akan hancur ketika bertabrakan dengan meteor pun saat ini bumi sedang mengalami fase itu. 

Is get your head out of your ass

Listen to the goddamn qualified scientists

Kisah di dalam film yang rilis pada hari natal akhir tahun lalu melalui Netflix ini berdasarkan sebuah kemungkinan yang bisa saja terjadi. Sepanjang film, saya langsung diajak membayangkan tentang kemungkinan yang akan saya pilih ketika dunia benar-benar akan berakhir. Ketika mempunyai banyak pilihan, justru itulah konflik batin yang paling membingungkan.

Seperti yang dialami oleh Dr. Randall Mindey yang diperankan oleh Leonardo Dcaprio. Ia terlihat punya begitu banyak pilihan ketika di waktu-waktu terakhir menjelang tabrakan dahsyat yang akan menghancurkan seluruh spesies di bumi. Meski awalnya ia konsisten dengan rencana bahwa ia akan melakukan rekayasa ilmiah untuk menghancurkan meteor sebelum benar-benar sampai ke bumi, justru ketika momen Itu hampir terjadi ia palah kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Tujuan untuk menyadarkan setiap orang termasuk para politikus di pemerintahan Presiden Orlean yang diperankan oleh Meryl Streep tampak mandek atau bahkan berputar haluan. Gelar keilmuwannya seakan tidak berdaya ketika menghadapi berbagai pilihan yang ia hadapi. 

Celebrate or cry or pray, whatever it takes

To get you through the mess we made

Ketika dosennya punya banyak pilihan itu, si mahasiswa yang menemukan pertama kali keberadaan komet itu justru tampak tidak punya pilihan sama sekali. Kate Dibiasky sudah melakukan langkah pertama supaya bisa menyadarkan pemerintah untuk melakukan langkah mitigasi tetapi tidak berhasil, mahasiswa calon pemilik gelar Ph.D itu lebih memilih untuk menghabiskan sisa-sisa harinya sebelum masa dietnya berakhir (hitungan mundur dengan waktu yang sama seperti perkiraan tabrakan). 

Jennifer Lawrence di dalam film seakan sudah muak dengan pemikiran para pebisnis yang menganggap meteor itu sebagai tambang mineral yang dikirim ke bumi. Seorang pemilik perusahaan elektronik Bash adalah dalang di balik wacana yang edan itu. Ia adalah peter Isherwel yang dikisahkan sebagai seorang ilmuwan tetapi dengan mata bisnis dalam setiap penelitiannya. Perusahaan Bash juga yang menyebabkan penundaan pengiriman roket nuklir yang bisa menjadi upaya untuk menghancurkan meteor sebelum benar-benar bertabrakan dengan bumi. Sayang, tepat pada detik-detik ketika harapan bahwa spesies di bumi bisa selamat, justru ketamakan yang menyambut dengan jelas.

Lebih gila lagi dengan pemerintahan yang korup di Orleans. Staf-staf kepresidenan dan jajarannya tampak bukan ahli di bidangnya. Itu sebuah fenomena yang saat ini pun tampak terjadi di Indonesia. Jaringan politik seperti mengarahkan siapa yang akan menempati posisi apa meski ia tidak mampu dalam taraf keilmuaannya. 

Just look up

Turn off that shit-box News

'Cause you're about to die soon everybody

Film karya Adam McKay ini langsung menautkan ingatan pada sebuah film dokumenter berjudul Diam dan Dengarkan yang dirilis pada 28 Juni 2020 melalui kanal YouTube Anatman Pictures. Realitas yang ditampilkan dalam film dokumenter itu tampak lebih dekat dengan kita. Berbagai respons bumi bahwa manusia telah melakukan perusakan besar-besaran dan memunahkan banyak spesies meski baru 2 juta tahun di dunia tampak jelas tergambar dalam film itu. Jika Don’t Look Up adalah fiksi ilmiah berupa satire terhadap manusia, Diam dan Dengarkan adalah sebuah karya ilmiah yang harus ditonton oleh manusia. 

Mungkin dengan menonton Don’t Look Up lalu menonton juga film Diam dan Dengarkan akan benar-benar membuat kita tersadar?

Mari cari jawabannya melalui pertanyaan-pertanyaan lanjutan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KE(M)BALI: Telah tiba pada yang kelima #2

  Desa Adat Seminyak Waktu terbit matahari di Bali lebih siang daripada di Jawa. Sekitar pukul setengah enam saya keluar kamar dan terkaget karena masih gelap. Ketika mengintip dari areal kolam belakang resepsionis, ternyata langit memang masih mendung dan belum ada cahaya benderang. Saya duduk sejenak di kursi depan kolam sebelum akhirnya saya putuskan untuk berjalan keluar menuju pantai pertama yang saya datangi.   Pantai Seminyak Saya memang sengaja memilih hostel yang dekat dengan pantai dan bisa diakses dengan berjalan kaki. Pantai Seminyak adalah pantai terdekat dari hostel dan menjadi tujuan pertama di hari kedua di Bali. Saya sengaja berjalan kaki dari hostel menuju pantai. Ada banyak hal menarik yang saya lewati di sepanjang perjalanan. Yang baru saya sadari adalah ternyata saya menginap di wilayah yang masih satu areal dengan Desa Adat Seminyak. Saya pun melewati pura desa adat yang tampak megah dan gagah. Karena masih pagi, jalanan pun masih sepi dan hanya...

Mengulik Kisah di Balik Saidjah dan Adinda dalam Max Havelaar Karya Multatuli

  Nanti bangkehku di liat bidari, Pada sudarah menunjuk jari. Liat di lupa saorang mati, Mulutnya kaku cium bunga melati, "Mari kit 'angkat ia di sorga,   Kutipan itu adalah penggalan puisi “Lihatlah Bajing” yang ada di lampiran buku Max Havelaar . Melalui puisi itu saya akan menceritakan novel yang konon menjadi pembuka kran atas penderitaan pribumi Hindia awal abad ke-19 kepada dunia. Puisi itu muncul ketika Multatuli melalui komposisi Stern sedang menceritakan kisah akhir perjalanan Saidjah pada bab 17 (2022: 389). Saidjah menjadi tokoh yang sengaja dibangun Multatuli untuk memperlihatkan kondisi rakyat pribumi Hindia. Dikisahkan bahwa Saidjah merupakan seorang anak laki-laki yang pergi dari desanya di Parang Kujang karena bapaknya telah meninggal. Ia memutuskan untuk bekerja di Batavia dengan mimpi akan bisa membeli kerbau seperti yang pernah ia punya sebelumnya. Ketika memutuskan untuk merantau, ia telah terlebih dahulu berjanji pada Adinda (seorang perempua...

KE(M)BALI: Telah tiba pada yang kelima

 Perkebunan Kopi dan Sensasi Mencecap Lima Cangkir di Bali Pulina Tempat ini saya datangi karena tertarik dengan konsep “kopi” yang ditawarkan. Rekomendasi tempat yang berlokasi di Gianyar ini saya dapat dari sebuah iklan di Instagram. Tempat ngopi yang sekaligus perkebunan kopi ini sungguh syahdu—saya langsung teringin untuk mengajak seorang kawan yang pasti cocok dengan tempat ngopi seperti ini. Lokasinya berada di alam terbuka. Ketika memasuki gerbang masuk, suasana natural langsung menyambut. Di tempat saya duduk terdengar suara-suara alam yang sungguh menenangkan. Kicau burung, suara tenggoret, desir daun, suara melodi musik tradisional, dan terdengar pula gemericik air dari aliran sungai di hadapan saya. Saya duduk di areal yang menghadap lurus ke tulisan “Bali Pulina” berwarna merah hati. Sejak baru tiba, saya langsung membaca buku yang saya bawa. Setelah pesanan datang, barulah saya mencicipinya. Ada dua menu yang saya pesan. Pertama, satu paket kopi dengan lima varian di d...